Kenali 7 Jenis Penyakit Autoimun Yang Paling Banyak Ditemukan
Gejala Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel yang sehat pada tubuhnya sendiri. Secara normal sistem kekebalan tubuh akan melindungi tubuh dari serangan patogen dari luar seperti bakteri patogen, virus dan benda lain yang tidak dikenali oleh tubuh. Pada seseorang yang terkena autoimun, sistem kekebalan tubuh akan mengenali sel-sel tubuh sehat sebagai musuhnya.
Menurut American Autoimmune Related Diseases Association (AARDA) terdapat lebih dari 100 jenis penyakit autoimun dan menjangkit jutaan orang di seluruh dunia. Masing-masing penyakit autoimun memiliki gejala yang spesifik. Berikut adalah 7 dari penyakit autoimun serta gejalanya:
Lupus/SLE (Systemic lupus erythematosus) : demam, nyeri sendi, ruam kulit, kulit sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.
Penyakit Graves: kehilangan berat badan, mata menonjol, gelisah, rambut rontok, jantung berdebar.
Tiroiditis Hashimoto: lemas, berat badan naik, sulit berkonsentrasi, sulit BAB, dan gejala lainnya. Penyakit ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Namun, angka kejadian pada wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.
Psoriasis: Gejala utamanya berupa timbul sisik tebal di kulit di berbagai tempat. Sisik ini berwarna putih perak dengan dasar kulit kemerahan. Jumlah sisik umumnya bertambah dalam keadaan stres, infeksi, atau ada luka di kulit.
Myasthenia gravis: terus merasa kelelahan.
Rheumatoid arthritis: gejala nyeri sendi, radang sendi, dan pembengkakan.
Sindrom Sjogren: penyakit autoimun yang menyerang kelenjar yang menghasilkan air mata dan air liur. Penyakit ini menyebabkan kelenjar tersebut rusak dan kesulitan menghasilkan air mata dan air liur.
Penyebab Penyakit Autoimun
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit autoimun. Namun, terdapat beragam faktor yang menyebabkan seseorang berisiko untuk mengidap penyakit autoimun, seperti:
Genetik atau keturunan. Faktor genetik merupakan faktor risiko utama yang bisa menimbulkan penyakit autoimun.
Lingkungan. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang memicu timbulnya penyakit autoimun. Faktor lingkungan mencakup paparan zat tertentu, seperti asbes, merkuri, perak, dan emas, pola hidup yang berantakan serta pola makan yang kurang sehat.
Perubahan hormon. Faktor perubahan hormon menjadi salah satu penyebab penyakit autoimun, misalkan ketika seorang wanita hamil, melahirkan anak, atau ketika mengalami menopause.
Infeksi. Umumnya, penyakit autoimun sering dikaitkan dengan terjadinya gejala infeksi. Hal tersebut dianggap wajar karena gejala penyakit autoimun sebagian besar, diperburuk oleh infeksi tertentu.
Deteksi Awal Penyakit Autoimun
ELISA Kit dapat menjadi salah satu pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya penyakit autoimun. Produk ELISA Kit dari Diasiono menawarkan ELISA Kit pemeriksaan ds-DNA (Double-stranded (ds, native) DNA) dan ANA (Antinuclear antibodies). ds-DNA merupakan marker yang telah diakui oleh American College of Rheumatology untuk mendiagnosis penyakit Lupus/SLE. ANA merupakan kelompok autoantibodi yang unik, dapat menyerang struktur dari inti sel yaitu DNA. Tes ANA untuk mendeteksi penyakit autoimun tertentu. Pasien yang memiliki hasil pemeriksaan ANA positif dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan ds-DNA. Selain dua marker autoimun diatas, kami juga dapat suplai marker lainnya dari brand Cortez. Produk ELISA Kit sebagai penanda atau marker untuk mendeteksi Penyakit autoimun dapat anda lihat pada tabel berikut.
Pengobatan Autoimun
Gangguan autoimun pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi kondisinya dapat dikontrol dalam kasus tertentu. Berdasarkan pengalaman para ahli dan dokter, pengobatan penyakit autoimun dapat dilakukan sebagai berikut:
obat anti-inflamasi:untuk mengurangi peradangan dan nyeri
kortikosteroid: untuk mengurangi peradangan. Mereka kadang-kadang digunakan untuk mengobati gejala akut
obat pereda nyeri: seperti parasetamol dan kodein
obat imunosupresan: untuk menghambat aktivitas sistem kekebalan
terapi fisik: untuk mendorong mobilitas
pengobatan untuk defisiensi: misalnya, suntikan insulin dalam kasus diabetes
operasi: misalnya, untuk mengobati penyumbatan usus dalam kasus penyakit Crohn
Obat imunosupresi dosis tinggi: penggunaan obat penekan sistem kekebalan (dalam dosis yang diperlukan untuk mengobati kanker atau untuk mencegah penolakan organ transplantasi) telah dicoba baru-baru ini, dengan hasil yang menjanjikan. Terutama ketika intervensi dini, kemungkinan penyembuhan dengan beberapa kondisi ini tampaknya mungkin dilakukan.
Sumber:
0 Response to "Kenali 7 Jenis Penyakit Autoimun Yang Paling Banyak Ditemukan"
Posting Komentar