WA. 0812-9318-5185 | Brucellosis di tengah Wabah COVID-19
Beberapa hari lalu banyak beredar kabar penyakit Brucellosis kembali muncul di China. Ribuan penduduk china bagian barat laut dikabarkan terserang brucellosis di tengah pandemin COVID-19.
Apa itu Brucellosis?
Brucellosis merupakan penyakit zoonosis (penularan dari hewan ke manusia) yang disebabkan oleh bakteri Brucella. Brucella termasuk bakteri gram negatif berbentuk batang, nonmotil (tidak dapat bergerak). Terdapat beberapa jenis bakteri Brucella, dan setiap jenisnya memiliki target hewan berbeda, diantaranya Brucella abortus pada sapi, B. ovis pada domba, B. melitensis pada kambing, B. suis pada babi, B. neotomae dan B. canis pada anjing.
Brucellosis pertama kali ditemukan di China pada tahun 1905. Pada tahun 1990-2001 kasus penyakit brucellosis meningkat pesat. Dan di tahun 2020 ini muncul kembali di China. Penularan brucellosis diakibatkan karena kontak langsung dengan hewan terinfeksi bakteri brucella dan akibat dari konsumsi hasil olahan hewan yang terinfeksi, seperti daging, susu, dan produk makanan lainnya yang tidak diolah dengan baik.
Brucellosis pada manusia tersebar di beberapa bagian negara, seperti di daerah Mediterania, Asia bagian Barat, Afrika dan Amerika Latin. Kejadian brucellosis pada manusia di Indonesia belum ada laporannya, namun kejadiannya cukup tinggi pada hewan ternak, yaitu mencapai 40% di tahun 2016 dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun demikian perlu diwaspadai penyakit brucellosis pada manusia, khususnya untuk para peternak.
Gejala Brucellosis
Gejala brucellosis bisa muncul dalam 5 hari hingga satu bulan setelah terinfeksi, dan umumnya mirip dengan gejala flu, seperti demam, sakit kepala, batuk, nyeri otot dan sendi, sakit perut, dan kehilangan nafsu makan sehingga berat badan menurun.
Gejala bisa hilang dalam hitungan minggu atau bulan, namun bisa kembali kambuh. Pada sebagian orang, gejala bisa berlangsung dalam hitungan tahun, bahkan setelah diobati. Gejala jangka panjang yang dialami antara lain sering demam, radang sendi, endokarditis, dan radang tulang belakang serta jaringan di sekitarnya.
Patofisiologi Brucellosis
Brucellosis merupakan penyakit sistemik yang menyerang seluruh tubuh. Ketika bakteri brucella masuk kedalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh akan menghancurkannya. Namun jika kekebalan tubuh seseorang sedang lemah, bakteri brucella akan masuk dan menglokalisasi ke dalam jaringan hati, limfa dan sumsum tulang belakang membentuk granuloma. Granuloma adalah kondisi peradangan yang terjadi pada organ yang terinfeksi.
Bahayanya lagi bakteri brucella bersifat fakultatif intraseluler, yaitu dapat berkembang biak di dalam sel, terutama sel-sel fagosit yang betugas menghancurkan bakteri atau patogen lain yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika berlangsung dalam jangka panjang, brucellosis bisa menyebabkan komplikasi pada satu atau beberapa organ.
Pemeriksaan Brucellosis
Untuk memastikan adanya Brucellosis, dokter biasanya menganjurkan melakukan pemeriksaan serologi, yaitu pemeriksaan darah untuk melihat adanya bakteri penyebab brucellosis dan mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri tersebut. Uji serologi standar brucellosis adalah secara spesifik mendeteksi antigen O-LPS atau O-perosamine yang terdapat pada lapisan terluar membran bakteri brucella.
Pemeriksaan serologi ini dapat dengan efisien dilakukan menggunakan teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Sudah banyak kit ELISA yang tersedia dipasaran. Namun untuk menemukan kit ELISA yang baik kualitasnya sebaiknya anda memilih produk yang sudah jelas teruji kualitasnya, seperti yang terdapat di INDOGEN, merk atau brand produk ELISA kit khusus mendeteksi brucellosis dapat dilihat pada tabel berikut.
Refersensi:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1201971213000519
Susan MN. 2006. Brucellosis: Penyakit Zoonosis yang Belum banyak di Kenal di Indonesia. Wartazoa; 16(1): 31-39.
0 Response to "WA. 0812-9318-5185 | Brucellosis di tengah Wabah COVID-19"
Posting Komentar