PT INDOGEN INTERTAMA, berdiri sejak 2010, memulai usahanya dengan menyuplai kebutuhan bahan habis pakai laboratorium riset di sekitar Jakarta. Kini INDOGEN telah menjalin kerjasama dengan beberapa suplier di beberapa daerah, seperti Bandung, Yogyakarta, Makassar, Aceh, Bali dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan zaman, maka INDOGEN mulai memfokuskan diri sebagai suplier produk riset untuk immunologi dan kebutuhan penunjangnya.

WA. 0812-9318-5185 | Pasien COVID-19 dengan Diabetes Melitus lebih Beresiko

Di China sudah dilakukan berbagai penelitian awal mengenai COVID-19 ini. COVID-19 lebih sering menyerang orang tua hal ini dikarenakan sistem imun mereka yang lebih rendah dibanding dengan orang yg lebih muda, selain itu kondisi lansia yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus type 2, penyakit jantung memiliki resiko keparahan bahkan dapat mengakibatkan kematian akibat COVID-19. Di Amerika Serikat telah mengidentifikasi bahwa diabetes adalah faktor yang paling umum menandakan resiko pada infeksi SARS-CoV-2.
Pada penelitian meta analisis menyebutkan bahwa pasien dengan diabetes melitus memiliki tingkat keparahan dua kali lipat dibanding dengan pasien COVID-19 yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Dilansir juga oleh Chinese Center for Disease Control (CDC), pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan sindrom metabolik lebih berisiko meninggal dunia ketika terinfeksi virus corona Covid-19. Pada penelitian lain di Wuhan Union Hospital, dari 174 pasien COVID-19, 21.2% diantaranya adalah pasien dengan diabetes melitus menunjukkan faktor resiko parah berdasarkan pengecekan radiografi, biomarker inflamasi dan terakhir kerusakan pada organ.
Ketika terjadinya infeksi akibat virus SARS-CoV-2 maka tubuh memberi respon imun bawaan dan adaptif yang secara klinis terdapat 3 fase, yaitu fase viremia, fase akut, dan fase pemulihan. Respon imun bawaan adalah sistem pertahanan tubuh pertama untuk mengenali antigen asing, respon imun bawaan ini melibatkan reseptor-reseptor pengenalan pola (Toll-like receptors). Respon imun bawaan tidak memberikan perlindungan yang bertahan lama terhadap serangan patogen, sehingga diperlukan sistem imun lain yaitu sistem imun adaptif. Respon imun adaptif adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen dengan melibatkan sel limfosit T CD4+ and CD8+. Pada fase akut infeksi, SARS-CoV dan SARS-CoV-2 menyerang limfosit T CD4 + dan CD8 + yang mengakibatkan apoptosis dan limfositopenia (keadaan parah). 
Satu penelitian baru-baru ini menyebutkan pasien COVID-19 dengan hipertensi dan Diabetes mengalami keterlambatan dalam menghancurkan SARS CoV-2. Hal ini memberikan spekulasi adanya hubungan mekanisme imun disfungsi pada pasien COVID-19 dengan riwayat diabetes, namun membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Berdasarkan  penelitian Kulcsar et al. (2019), menggunakan hewan coba mencit transgenik yang mengekspresikan DPP4 manusia sehingga terinfeksi virus MERS-CoV dan diinduksi menjadi diabetes memberikan hasil respon imun telat dalam menghancurkan virus MERS-CoV tersebut dan terjadinya penurunan respon sel T CD4 dan monosit inflamasi serta sel makrofag dalam jaringan paru-paru. Selain itu, mencit diabetes yang terinfeksi MERS-CoV menunjukkan adanya dominasi sel T helper 17 (Th17), ditunjukkan dengan meningkatnya kadar IL-17a. Interleukin-17 diklasifikasikan sebagai sitokin pro-inflamasi karena kemampuannya menginduksi ekspresi berbagai mediator inflamasi terutama yang terlibat dalam proliferasi, maturasi, dan kemotaksis neutrofil. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa diabetes menghasilkan respon Th17 dan berkurangnya sel T regulator yang mengakibatkan kaskade inflamasi berlebihan. Terutama pada beberapa pasien dengan COVID-19 telah mengalami sindrom hiperinflamasi fatal yang menyerupai limfohistiositosis hemofagositosis sekunder yang diduga dimediasi oleh pro sitokin-inflamasi, seperti IL-2, IL-6, IL-12, TNF-α, dan IFN-γ. Pada kasus corona Covid-19, pelepasan sitokin atau tingkat inflamasi sitokin yang tinggi bisa menyebabkan kegagalan multi-organ pada pasien dengan penyakit kronis.
Ada pula hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan metabolisme langsung. Pada pankreas, pengikatan virus corona SARS ke reseptornya angiotensin-converting enzyme (ACE) 2 dapat mengurangi pelepasan insulin. Baru-baru ini ditemukan diabetes melitus tipe 2 memiliki korelasi dengan peningkatan ekspresi ACE2 di paru-paru. Oleh karena itu, kontrol optimal diabetes melitus dan parameter metabolik yang terkait pada pasien dengan corona Covid-19 adalah hal wajib dilakukan. Mengingat, tingginya risiko komplikasi pada pasien diabetes melitus.

Referensi:
  1. A.M. Angelidi et al. 2020. COVID-19 and diabetes mellitus: What we know, how our patients should be treated now, and what should happen next. Metabolism Clinical and Experimental xxx (xxxx) xxx. doi.org/10.1016/j.metabol.2020.154245


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "WA. 0812-9318-5185 | Pasien COVID-19 dengan Diabetes Melitus lebih Beresiko"

Posting Komentar