PT INDOGEN INTERTAMA, berdiri sejak 2010, memulai usahanya dengan menyuplai kebutuhan bahan habis pakai laboratorium riset di sekitar Jakarta. Kini INDOGEN telah menjalin kerjasama dengan beberapa suplier di beberapa daerah, seperti Bandung, Yogyakarta, Makassar, Aceh, Bali dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan zaman, maka INDOGEN mulai memfokuskan diri sebagai suplier produk riset untuk immunologi dan kebutuhan penunjangnya.

WA/HP. 0812-9318-5185 Chloroquine sebagai OBAT COVID-19

Para peneliti berusaha keras mencari pengobatan untuk pandemi COVID 19 ini. Sudah ada 7 uji klinis dari AS yang terdaftar di clinicaltrials.gov dengan subjek utamanya pasien yang sudah terinfeksi novel coronavirus. 33 uji klinis lainnya sudah berlangsung di China. Tedapat 3 obat yang masuk dalam percobaan WHO, yaitu obat malaria chloroquine or hydroxychloroquine, obat antivirus remdesivir, dan obat HIV lopinavir and ritonavir. Meskipun belum ada persetujuan FDA (FDA-Approved), namun pada tanggal 28 Mare 2020 FDA telah mengeluarkan otoritas penggunaan darurat (Emergency Use Authorization - EUA ) obat hydroxychloroquine sulfate dan chloroquine phosphate untuk para pasien terkonfirmasi COVID-19.

Berikut penjelasan mengenai obat Chloroquine, Remdesivir, Lopinavir dan Ritonavir

Chloroquine

Chloroquine sudah kita kenal sebagai obat anti-malaria. Pada tahun 2005, penelitian menunjukkan bahwa Chloroquine dapat digunakan sebagai antivirus yang efektif terhadap SARS coronavirus. Para peneliti mencoba obat tersebut untuk menghentikan novel coronavirus dengan dua cara: menaikkan pH di dalam sel agar virus tidak dapat masuk ke sel, dan menghalangi reseptor yang digunakan virus untuk masuk ke sel. Baru-baru ini, penelitian yang sama menunjukkan remdesivir menghentikan novel coronavirus dalam sel manusia.
Para peneliti di Cina dan Prancis telah memberikan Chloroquine dan obat serupa, hydroxychloroquine, kepada orang-orang yang terinfeksi novel coronavirus. Uji klinis pertama untuk menguji hydroxychloroquine di Amerika Serikat diumumkan pada 16 Maret 2020, yaitu menggunakan obat sebagai profilaksis untuk melihat apakah itu dapat mengobati orang yang terkena virus.

Lopinavir dan Ritonavir

Pada tahun2004 para peneliti menemukan obat lopinavir cukup efektif dalam menghentikan novel coronavirusSARS dengan menghentikan replikasi virus dalam sel manusia. Ketika lopinavir diberikan bersamaan dengan obat ritonavir, kombinasi obat tersebut dapat membantu mengobati pasien yang terinfeksi virus SARS.
Pada bulan Januari 2020, dokter di China mulai melakukan uji klinis menggunakan kombinasi obat lopinavir dan ritonavir untuk mengobati Covid-19. Hasilnya tidak berbeda signifikan dikarenakan beberapa pasien yang di uji klinis tersebut sudah terinfeksi COVID 19 selama dua minggu. Peneliti lain menyarankan penggunaan obat antivirus tersebut dikonsumsi dari awal pasien terinfeksi.

Remdesivir

Remdesivir adalah obat antivirus yang memiliki spektrum luas, kemampuannya yaitu menghentikan virus untuk bereplikasi. Awalnya Remdesivir dikembangkan untuk mengobati Ebola tetapi keberhasilan terbatas. Namun, 2017 telah dilakukan penelitian terhadap obat ini, hasil menunjukkan bahwa remdesivir berhasil menghentikan virus SARS dan MERS untuk membentuk strain baru - pada model sel manusia dan hewan. Pada bulan Februari 2020, para peneliti China menemukan bahwa remdesivir berhasil memblokir replikasi novel coronavirus, SARS-CoV-2 di  dalam sel manusia.

Referensi:
  1. https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-daily-roundup-march-30-2020.
  2. https://elemental.medium.com/the-3-most-promising-coronavirus-treatments-explained-752e2c6d54d7.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "WA/HP. 0812-9318-5185 Chloroquine sebagai OBAT COVID-19"

Posting Komentar